Pages

Studi Kelaparan Indonesia

Pada kurun waktu 2004-2006, SEAMEO-TROPMED RCCN-UI telah melakukan 13 survei yang berhubungan dengan Ketahanan Pangan. Survei-survei tersebut mencakup 6 propinsi (Jakarta, Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Tengah), mencakup 22 Kabupaten dan 9.038 rumah tangga. Sepuluh survei dilakukan di perdesaan. Tulisan ini bertujuan untuk melihat pola ketahanan pangan (Food Security), dari segi lokasi, waktu, kualitas, maupun hubungannya dengan status gizi dan ketahanan hidup (livelihood security). Berdasarkan analisa menurut lokasi, NTT memiliki proporsi rumahtangga rawan pangan lebih banyak (94%) dibandingkan propinsi lainnya (68-83%) baik dari segi rawan pangan dengan kelaparan, kelaparan tingkat sedang, maupun kelaparan tingkat parah. Kebanyakan rumah tangga rawan pangan di NTB termasuk kategori Kelaparan (rawan pangan 77%, rawan pangan dengan kelaparan 64%), namun kebanyakan rumahtangga rawan pangan di Jakarta termasuk tidak kelaparan (rawan pangan 83%, rawan pangan dengan kelaparan 19%). Di Jawa Timur, walaupun persentase rumahtangga rawan pangan sama, proporsi terbesarnya di kota (kota 25%, desa 19%). Sebaliknya, di NTT proporsi rumahtangga yang rawan pangan dengan kelaparan lebih besar di desa (kota 58%, desa 65%). Berdasarkan analisa waktu, ketahanan pangan rumah tangga di NTT dari 2004-2006 tetap tinggi (>93%) dan cenderung meningkat. Banyak rumah tangga turun dari kategori kelaparan tingkat sedang menjadi kelaparan tingkat parah setelah September 2005 (50%). Ketahanan rumah tangga di Sulawesi Tengah juga mengkhawatirkan, i.e. meningkatnya rumah tangga kurang pangan sebanyak 19% dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan analisa dimensi, masalah ketahanan pangan terbesar adalah aksesibilitas, bukan ketersediaan. Berdasarkan analisa kualitas, walaupun lebih banyak varietas makanan (dietary diversity) terdapat di Jakarta/Surabaya dibanding NTT (99 dibanding 56), penduduk NTT secara rata-rata mengkonsumsi lebih banyak varietas makanan (Jakarta dan Surabaya 40, NTT 46). Beragam cara untuk bertahan hidup (coping strategies) ditemukan di daerah-daerah survei. Asosiasi antara ketahaan pangan dengan status gizi ditemukan di NTT (dengan stunting) dan NTB (dengan underweight); p<0.05. Variabel langsung (ketahanan ekonomi, ketahanan gizi) maupun variabel tidak langsung (ketahanan pendidikan, lingkungan perumahan, pangan, dan kesehatan) mempunyai peran pada ketahanan hidup rumahtangga di NTT maupun di Sulawesi Tengah. 

Sumber : google

No comments:

Post a Comment